Media sosial telah menjadi bagian penting dari kehidupan kita sehari -hari, dengan jutaan pengguna masuk ke platform seperti Instagram, Twitter, dan Tiktok setiap hari. Ketika popularitas media sosial terus tumbuh, demikian juga munculnya tren dan fenomena baru dalam platform ini. Salah satu tren yang telah mendapatkan daya tarik dalam beberapa bulan terakhir adalah munculnya “sultanking.”
Sultanking adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan praktik pengguna, biasanya influencer atau selebritas, berbagi tampilan kekayaan dan kemewahan yang luar biasa di akun media sosial mereka. Ini dapat mencakup foto mobil mahal, pakaian desainer, liburan mewah, dan pesta mewah. Istilah ini berasal dari kata “sultan,” yang mengacu pada penguasa atau pemimpin di beberapa negara Islam yang dikenal karena gaya hidup mereka yang mewah.
Sementara memamerkan kekayaan di media sosial bukanlah hal yang baru, kebangkitan sultanking telah membawa tren ini ke tingkat yang sama sekali baru. Influencer dan selebriti sekarang bersaing untuk mengalahkan satu sama lain dengan tampilan kekayaan yang semakin boros, yang mengarah ke sebuah fenomena yang beberapa kritikus dijuluki “pornografi kekayaan.”
Daya tarik Sultanking terletak pada sifat aspirasionalnya. Banyak pengguna menikmati influencer mengikuti yang menjalani gaya hidup yang hanya dapat mereka impikan, dan Sultanking menawarkan sekilas ke dunia kemewahan dan kelebihan yang seringkali di luar jangkauan rata -rata orang. Bagi sebagian orang, itu berfungsi sebagai bentuk pelarian, memungkinkan mereka untuk secara perwakilan mengalami kemewahan dan kemewahan orang kaya dan terkenal.
Namun, kebangkitan sultanking juga memicu kontroversi dan reaksi. Para kritikus berpendapat bahwa tren mempromosikan materialisme dan konsumerisme, melanggengkan stereotip berbahaya tentang kekayaan dan kesuksesan. Beberapa juga telah menimbulkan kekhawatiran tentang dampak sultanking pada kesehatan mental, karena paparan konstan terhadap gambar-gambar kemewahan yang tidak dapat dicapai dapat menyebabkan perasaan tidak mampu dan harga diri yang rendah.
Terlepas dari kritik ini, Sultanking tidak menunjukkan tanda -tanda melambat. Faktanya, beberapa influencer telah membangun seluruh karier dan merek di sekitar gaya hidup mereka yang luar biasa, menarik jutaan pengikut dan penawaran sponsor yang menguntungkan dalam proses tersebut.
Ketika media sosial terus berkembang, kemungkinan kita akan melihat tren dan fenomena baru muncul, dan sultanking hanyalah salah satu contoh bagaimana pengguna memanfaatkan platform ini untuk menunjukkan kekayaan dan status mereka. Apakah Anda menyukainya atau membencinya, tidak dapat disangkal bahwa Sultanking ada di sini untuk tinggal, setidaknya untuk masa mendatang.